Oleh Ibnu Mukhtar
Segala puji hanyalah milik Alloh. Sholawat dan
salam untuk Rosululloh, istri-istri dan keluarganya, para sahabatnya dan
seluruh umatnya yang selalu berpegang teguh dengan Islam dan sunnahnya sampai
hari kiamat. Amma ba’du!
“Enak ya, jadi orang kaya..”, begitu di antara
komentar yang keluar dari banyak orang ketika menyaksikan orang lain yang
dinilainya penuh dengan kenikmatan duniawi. Mobil keren keluaran terbaru
mengantarnya kemana ia suka. Hape merek terkenal tidak cukup satu terpasang di
pinggang atau di dalam tas yang dibawanya. Kartu ATM dari berbagai Bank dengan
saldo yang banyak isinya tersusun rapi menghiasi dompetnya. Rumah tinggal yang
nyaman dan mahal menjadi tempat istirahatnya. Ingin membeli sesuatu tidak harus
ngutang-ngutang apalagi nebok ( mecahin ) celengan terlebih dahulu. Demikianlah
di antara kondisi yang sering diimpikan banyak orang.
Saudaraku seislam yang saya muliakan, ungkapan di
atas itu sepertinya manusiawi. Artinya, kita sebagai manusia memiliki potensi
untuk menginginkan sebuah kondisi yang serba ada atau ideal seperti tersebut.
Atau dengan kata lain, mayoritas kita ingin jadi ‘orang kaya’ dan tidak akan
pernah mau menjadi ‘orang susah’. Padahal jika kita mau mencermati Kitabulloh,
Sunnah Rosululloh ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~, dan kehidupan salafush
sholeh nyatalah bahwa tidak selamanya orang kaya itu pasti mulia dan tidak
selamanya pula orang susah itu menjadi orang yang hina dan merugi.
Sebagai sebuah renungan, mari kita perhatikan apa
yang Alloh ceritakan tentang Qorun dan kemegahannya berikut:
“Maka keluarlah Qorun kepada kaumnya dalam
kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia:
"Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada
Qorun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu:
"Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Alloh adalah lebih baik bagi
orang-orang yang beriman dan beramal sholih, dan tidak diperoleh pahala itu,
kecuali oleh orang-orang yang sabar
Maka kami benamkanlah Karun
beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Alloh, dan
tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela dirinya.
Dan jadilah orang-orang yang mencita-citakan
kedudukan Karun itu berkata, ‘Aduhai, benarlah
Alloh melapangkan rizki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan
menyempitkannya; kalau Alloh tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar
Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah tidak beruntung orang-orang
yang mengingkari nikmat Alloh itu.”
[Al Qoshoh ; 28 : 79-82]
Saudaraku seislam yang saya cintai, meskipun
demikian ajaran Islam tidak pernah melarang umatnya menjadi orang kaya
sepanjang ia adalah orang yang bertakwa dan mendapatkan hartanya itu dengan
cara yang halal. Kemudian ia pergunakan dan belanjakan harta yang dimilikinya
itu sesuai tuntunan Alloh dan Rosul-Nya. Maka dalam kondisi demikian, kita
dibolehkan berangan-angan mendapatkan keadaan seperti itu.
عَنْ مُعَاذِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خُبَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَمِّهِ، قَالَ: كُنَّا فِي مَجْلِسٍ،
فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى رَأْسِهِ أَثَرُ مَاءٍ،
فَقَالَ لَهُ بَعْضُنَا: نَرَاكَ الْيَوْمَ طَيِّبَ النَّفْسِ، فَقَالَ: «أَجَلْ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ» ثُمَّ أَفَاضَ الْقَوْمُ فِي ذِكْرِ الْغِنَى، فَقَالَ: «لَا بَأْسَ بِالْغِنَى
لِمَنِ اتَّقَى، وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى، وَطِيبُ النَّفْسِ
مِنَ النَّعِيمِ»
Dari Mu’adz bin Abdulloh bin Khubaib, dari bapaknya
dari pamannya, ia berkata : Kami pernah dalam suatu majelis tiba-tiba Nabi ~shollalohu
‘alaihi wa sallam~ datang sedangkan di rambutnya ada bekas air. Lalu sebagian kami berkata : ‘Kami melihatmu
pada hari ini dalam kondisi ceria’. Beliau menjawab : ‘Betul demikian,
Alhamdulillah (segala puji bagi Alloh)’. Kemudian orang-orang bercerita panjang
lebar tentang kekayaan. Melihat hal tersebut Nabi ~shollalohu ‘alaihi wa
sallam~ bersabda : “Tidak mengapa kekayaan bagi orang yang bertakwa, akan
tetapi kesehatan itu bagi orang orang bertakwa adalah lebih baik daripada
kekayaan, dan kondisi ceria itu termasuk nikmat Alloh Ta’aala.”
[HR. Ibnu Majah ~rohimahulloh~ dalam sunannya
no.2141 dishohihkan oleh Syaikh Al Bani ~rohimahulloh~ dalam Ash-Shohiihah no.
174]
Semoga catatan ringan ini bermanfaat bagi kita
semua. Dan sebagai penutup, semoga doa yang Nabi kita baca ini dapat pula kita
amalkan dan ajarkan kepada yang lainnya.
Dari Abdulloh bin Mas’ud ~rodhiyallohu ‘anhu~, dari
Nabi ~shollalohu ‘alaihi wa sallam~ bahwasanya beliau berdoa :
اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ
وَالْغِنَى
Alloohumma innii as-alukal-hudaa wat-tuqoo
wal-‘afafa wal-ghinaa’
“Ya Alloh, aku memohon kepada-Mu petunjuk,
ketakwaan, sikap menjaga kehormatan diri (iffah) dan kekayaan jiwa.”
[HSR. Muslim ~rohimahulloh~ dalam shohihnya no. 2721]
Wa shollallohu wa sallama ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar