Selasa, 17 Desember 2013

“Enak ya, jadi orang kaya..”



Oleh Ibnu Mukhtar

Segala puji hanyalah milik Alloh. Sholawat dan salam untuk Rosululloh, istri-istri dan keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya yang selalu berpegang teguh dengan Islam dan sunnahnya sampai hari kiamat. Amma ba’du!

“Enak ya, jadi orang kaya..”, begitu di antara komentar yang keluar dari banyak orang ketika menyaksikan orang lain yang dinilainya penuh dengan kenikmatan duniawi. Mobil keren keluaran terbaru mengantarnya kemana ia suka. Hape merek terkenal tidak cukup satu terpasang di pinggang atau di dalam tas yang dibawanya. Kartu ATM dari berbagai Bank dengan saldo yang banyak isinya tersusun rapi menghiasi dompetnya. Rumah tinggal yang nyaman dan mahal menjadi tempat istirahatnya. Ingin membeli sesuatu tidak harus ngutang-ngutang apalagi nebok ( mecahin ) celengan terlebih dahulu. Demikianlah di antara kondisi yang sering diimpikan banyak orang.


Saudaraku seislam yang saya muliakan, ungkapan di atas itu sepertinya manusiawi. Artinya, kita sebagai manusia memiliki potensi untuk menginginkan sebuah kondisi yang serba ada atau ideal seperti tersebut. Atau dengan kata lain, mayoritas kita ingin jadi ‘orang kaya’ dan tidak akan pernah mau menjadi ‘orang susah’. Padahal jika kita mau mencermati Kitabulloh, Sunnah Rosululloh ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~, dan kehidupan salafush sholeh nyatalah bahwa tidak selamanya orang kaya itu pasti mulia dan tidak selamanya pula orang susah itu menjadi orang yang hina dan merugi.

Sebagai sebuah renungan, mari kita perhatikan apa yang Alloh ceritakan tentang Qorun dan kemegahannya berikut:

“Maka keluarlah Qorun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qorun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Alloh adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholih, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar

Maka kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun  yang menolongnya terhadap azab Alloh, dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela dirinya.

Dan jadilah orang-orang yang mencita-citakan kedudukan Karun itu berkata, ‘Aduhai, benarlah Alloh melapangkan rizki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Alloh tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah tidak beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Alloh itu.”

[Al Qoshoh ; 28 : 79-82]

Saudaraku seislam yang saya cintai, meskipun demikian ajaran Islam tidak pernah melarang umatnya menjadi orang kaya sepanjang ia adalah orang yang bertakwa dan mendapatkan hartanya itu dengan cara yang halal. Kemudian ia pergunakan dan belanjakan harta yang dimilikinya itu sesuai tuntunan Alloh dan Rosul-Nya. Maka dalam kondisi demikian, kita dibolehkan berangan-angan mendapatkan keadaan seperti itu.

عَنْ مُعَاذِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خُبَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَمِّهِ، قَالَ: كُنَّا فِي مَجْلِسٍ، فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى رَأْسِهِ أَثَرُ مَاءٍ، فَقَالَ لَهُ بَعْضُنَا: نَرَاكَ الْيَوْمَ طَيِّبَ النَّفْسِ، فَقَالَ: «أَجَلْ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ» ثُمَّ أَفَاضَ الْقَوْمُ فِي ذِكْرِ الْغِنَى، فَقَالَ: «لَا بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى، وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى، وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النَّعِيمِ»

Dari Mu’adz bin Abdulloh bin Khubaib, dari bapaknya dari pamannya, ia berkata : Kami pernah dalam suatu majelis tiba-tiba Nabi ~shollalohu ‘alaihi wa sallam~ datang sedangkan di rambutnya ada bekas air.  Lalu sebagian kami berkata : ‘Kami melihatmu pada hari ini dalam kondisi ceria’. Beliau menjawab : ‘Betul demikian, Alhamdulillah (segala puji bagi Alloh)’. Kemudian orang-orang bercerita panjang lebar tentang kekayaan. Melihat hal tersebut Nabi ~shollalohu ‘alaihi wa sallam~ bersabda : “Tidak mengapa kekayaan bagi orang yang bertakwa, akan tetapi kesehatan itu bagi orang orang bertakwa adalah lebih baik daripada kekayaan, dan kondisi ceria itu termasuk nikmat Alloh Ta’aala.”

[HR. Ibnu Majah ~rohimahulloh~ dalam sunannya no.2141 dishohihkan oleh Syaikh Al Bani ~rohimahulloh~ dalam Ash-Shohiihah no. 174]

Semoga catatan ringan ini bermanfaat bagi kita semua. Dan sebagai penutup, semoga doa yang Nabi kita baca ini dapat pula kita amalkan dan ajarkan kepada yang lainnya.

Dari Abdulloh bin Mas’ud ~rodhiyallohu ‘anhu~, dari Nabi ~shollalohu ‘alaihi wa sallam~ bahwasanya beliau berdoa :

اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

Alloohumma innii as-alukal-hudaa wat-tuqoo wal-‘afafa wal-ghinaa’

“Ya Alloh, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, sikap menjaga kehormatan diri (iffah) dan kekayaan jiwa.”

[HSR. Muslim ~rohimahulloh~ dalam shohihnya   no. 2721]

Wa shollallohu wa sallama ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar