Oleh Ibnu Mukhtar
Segala
puji hanyalah milik Alloh yang tidak ada sesembahan yang hak kecuali Dia
semata. Sholawat dan salam untuk Rosululloh, istri-istri dan keluarganya, para
sahabatnya dan seluruh umatnya yang selalu setia kepada Islam dan sunnahnya
sampai akhir zaman. Amma ba’du!
Saudaraku
seislam yang saya muliakan, banyak di kalangan kita kaum muslimin ~kecuali yang
dirahmati Alloh~ sering mempertanyakan sebuah realitas kehidupan yang
dirasakannya. “Tetanggaku itu sholat aja enggak, puasa juga tidak, koq rizkinya
lancar, uangnya banyak, punya kendaraan edisi terbaru dan punya rumah nyaman
tanpa kebanjiran. Sedangkan saya rajin sholat lima waktu, puasa ga bolong alias poll malah puasa sunnah pun
rutin, koq malah sempit rizki, susah
dapat pekerjaan, hutang dah di sana-sini..’, kata seseorang. Yang lain bilang,
‘Kenapa orang kafir malah pada kaya-kaya dan lancar banget rizkinya, ya..Sedangkan
orang-orang Islam malah dalam kemiskinan dan kesempitan.” Inilah di antara ungkapan yang bisa kita temui
dalam kehidupan sehari-hari. Dan bisa jadi malah kita lah salah satu orang yang
mengucapkan perkataan itu. (moga-moga tidak ya)
Saudaraku
seislam yang saya cintai..jangan marah dengan kesempitan, kemiskinan dan
musibah yang kita rasakan. Ingatlah itu semua ujian. Tidak semua pemberian
Alloh kepada hamba-Nya itu menunjukkan akan keridhoan-Nya kepada sang hamba
tersebut. Sebaliknya, tidak semua kesempitan dan musibah yang Alloh berikan
kepada hamba-Nya itu menunjukkan kebencian-Nya kepada sang hamba tersebut. Boleh
jadi kita membenci sesuatu padahal ia malah membawa kebaikan untuk kita. Dan
boleh jadi kita menyukai sesuatu padahal ia malah membawa keburukan untuk kita.
Nah sekarang marilah kita baca dan renungi
apa yang Rosululloh ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~ sabdakan berikut, semoga
Alloh memberikan kefahaman dan manfaatnya untuk kita:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ عَنِ النَّبِىِّ
-صلى الله عليه وسلم- قَالَ إِذَا رَأَيْتَ
اللَّهَ يُعْطِى الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا
هُوَ اسْتِدْرَاجٌ. ثُمَّ تَلاَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- (فَلَمَّا نَسُوا
مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا
بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ)
Dari
Uqbah bin Amir ~rodhiyallohu ‘anhu~, dari Nabi ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~
beliau bersabda : “Apabila kamu melihat Alloh Ta’aala memberikan kenikmatan
dunia kepada seorang hamba apa yang ia sukai atas kemaksiatan yang dilakukannya
maka pemberian-Nya itu termasuk istidraj/hukuman dari-Nya.”
Kemudian
Rosululloh ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~ membacakan firman Alloh Ta’aala :
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا
بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا
أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Tatkala
mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” [QS. Al
An’aam ayat 44]
[HR.
Ahmad bin Hanbal ~rohimahulloh~ dalam musnadnya no. 17349 dan dinilah Shohih
oleh Syaikh Al Albani ~rohimahulloh~ dalam Ash-Shohihah no. 413]
Sedangkan
Imam Thobroni ~rohimahulloh~ dalam al-Mu’jamul Kabir 17/330 no. 913 dengan
lafazh :
عَنْ عُقْبَةَ بن عَامِرٍ، عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ:"إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِي
الْعَبْدَ مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ، فَإِنَّمَا ذَلِكَ لَهُ مِنْهُ
اسْتِدْرَاجٌ، ثُمَّ نَزَعَ هَذِهِ الآيَةَ: "فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ
فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا
أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ
ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ"
Dari
Uqbah bin Amir ~rodhiyallohu ‘anhu~, Nabi ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~
bersabda : “Apabila kamu melihat Alloh Ta’aala memberikan kepada seorang hamba
apa yang ia sukai sedangkan ia dalam bermaksiat maka pemberian-Nya itu termasuk
istidraj/hukuman dari-Nya.
Kemudian
Nabi ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~ membaca firman Alloh Ta’aala :
“Tatkala
mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka
orang-orang zholim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi
Alloh robb alam semesta” [QS. Al An’aam ayat 44-45]
Syaikh
Al Albani ~rohimahulloh~ menilai shohih hadits riwayat Thobroni ~rohimahulloh~
di atas dalam Shohihul Jaami’ no. 561 dengan lafazh :
إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِى الْعَبْدَ
مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ لَهُ مِنْهُ اسْتِدْرَاجٌ
“Apabila
kamu melihat Alloh Ta’aala memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba apa
yang ia sukai sedangkan ia dalam bermaksiat maka pemberian-Nya itu termasuk
istidraj/hukuman dari-Nya.
[HR.
Ahmad, Thobroni dalam al-Mujamul Kabir dan Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari
Uqbah bin Amir ~rodhiyallohu ‘anhu~]
Saudaraku
seislam yang saya cintai, apa yang Rosululloh ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~
sabdakan dalam hadits-haditsnya itu memberikan berbagai pelajaran yang berharga
dan bermanfaat untuk kehidupan kita. Di antaranya adalah :
Pertama, hadits yang
mulia ini menunjukkan bahwa Alloh adalah Maha Pemberi Rizki kepada makhluk
ciptaan-Nya, baik ia hamba yang ta’at atau yang durhaka semuanya telah
ditetapkan rizkinya.
Kedua, hadits yang
mulia ini menunjukkan bahwa apa yang diperbuat hamba terkadang bernilai
ketaatan dan terkadang bernilai kemaksiatan.
Ketiga, hadits yang
mulia ini menunjukkan tidak semua pemberian Alloh kepada hamba-Nya itu
menunjukkan akan keridhoan-Nya kepada sang hamba tersebut. Sebaliknya, tidak
semua kesempitan dan musibah yang Alloh berikan kepada hamba-Nya itu
menunjukkan kebencian-Nya kepada sang hamba tersebut.
Keempat, hadits yang
mulia ini memperingatkan kita semua agar tidak mudah terkecoh dengan tipu daya
dunia atau terpesona dengan orang-orang yang bergelimang kemewahan sementara
mereka itu bodoh dengan urusan agamanya atau mereka bergelimang kelalaian dan
dosa. Ingatlah :
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ
فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى
أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Dan
apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi
dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Alloh itu adalah lebih baik dan lebih
kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?
[QS.
Al-Qoshohsh ayat 60]
Kelima, hadits yang
mulia ini menjelaskan tentang hakikat istidroj yaitu hukuman yang Alloh
berikan kepada hamba-Nya yang kafir atau
yang durhaka dengan sesuatu yang
disangka sang hamba sebagai kenikmatan, keberuntungan dan kebaikan padahal
sebenarnya ia sedang digiring menuju adzab yang pedih dan tidak disangka-sangka
datangnya.
Keenam, dalam hadits
yang mulia ini Rosululloh ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~ membacakan firman
Alloh Ta’aala yang mengandung peringatan tentang bahaya istidroj.
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا
بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا
أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Tatkala
mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
[QS.
Al An’aam ayat 44]
Demikian
dapat disampaikan.
Semoga
catatan sederhana ini menjadi salah satu amal sholeh yang Alloh terima dan
bermanfaat. Dan semoga Alloh menunjuki penulis dan pembacanya kepada ucapan dan
amalan yang dicintai dan diridhoi-Nya. Aamiin.
Wa
shollallohu wa sallama ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad
----------
Ditulis
kembali di Cibaruis pada hari Selasa tanggal 28 Shofar 1435 H / 31 Desember
2013 M..saat hujan gerimis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar