Selasa, 31 Desember 2013

Tidaklah Semua Pemberian Alloh kepada Hamba-Nya itu Menunjukkan akan Keridhoan-Nya



Oleh Ibnu Mukhtar

Segala puji hanyalah milik Alloh yang tidak ada sesembahan yang hak kecuali Dia semata. Sholawat dan salam untuk Rosululloh, istri-istri dan keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya yang selalu setia kepada Islam dan sunnahnya sampai akhir zaman. Amma ba’du!

Saudaraku seislam yang saya muliakan, banyak di kalangan kita kaum muslimin ~kecuali yang dirahmati Alloh~ sering mempertanyakan sebuah realitas kehidupan yang dirasakannya. “Tetanggaku itu sholat aja enggak, puasa juga tidak, koq rizkinya lancar, uangnya banyak, punya kendaraan edisi terbaru dan punya rumah nyaman tanpa kebanjiran. Sedangkan saya rajin sholat lima waktu, puasa  ga bolong alias poll malah puasa sunnah pun rutin, koq  malah sempit rizki, susah dapat pekerjaan, hutang dah di sana-sini..’, kata seseorang. Yang lain bilang, ‘Kenapa orang kafir malah pada kaya-kaya dan lancar banget rizkinya, ya..Sedangkan orang-orang Islam malah dalam kemiskinan dan kesempitan.”  Inilah di antara ungkapan yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dan bisa jadi malah kita lah salah satu orang yang mengucapkan perkataan itu. (moga-moga tidak ya)


Saudaraku seislam yang saya cintai..jangan marah dengan kesempitan, kemiskinan dan musibah yang kita rasakan. Ingatlah itu semua ujian. Tidak semua pemberian Alloh kepada hamba-Nya itu menunjukkan akan keridhoan-Nya kepada sang hamba tersebut. Sebaliknya, tidak semua kesempitan dan musibah yang Alloh berikan kepada hamba-Nya itu menunjukkan kebencian-Nya kepada sang hamba tersebut. Boleh jadi kita membenci sesuatu padahal ia malah membawa kebaikan untuk kita. Dan boleh jadi kita menyukai sesuatu padahal ia malah membawa keburukan untuk kita. Nah sekarang marilah kita baca dan renungi  apa yang Rosululloh ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~ sabdakan berikut, semoga Alloh memberikan kefahaman dan manfaatnya untuk kita:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ  إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِى الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ. ثُمَّ تَلاَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- (فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ)

Dari Uqbah bin Amir ~rodhiyallohu ‘anhu~, dari Nabi ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~ beliau bersabda : “Apabila kamu melihat Alloh Ta’aala memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba apa yang ia sukai atas kemaksiatan yang dilakukannya maka pemberian-Nya itu termasuk istidraj/hukuman dari-Nya.”

Kemudian Rosululloh ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~ membacakan firman Alloh Ta’aala :

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” [QS. Al An’aam ayat 44]

[HR. Ahmad bin Hanbal ~rohimahulloh~ dalam musnadnya no. 17349 dan dinilah Shohih oleh Syaikh Al Albani ~rohimahulloh~ dalam Ash-Shohihah no. 413]

Sedangkan Imam Thobroni ~rohimahulloh~ dalam al-Mu’jamul Kabir 17/330 no. 913 dengan lafazh :

عَنْ عُقْبَةَ بن عَامِرٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ:"إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ، فَإِنَّمَا ذَلِكَ لَهُ مِنْهُ اسْتِدْرَاجٌ، ثُمَّ نَزَعَ هَذِهِ الآيَةَ: "فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ"

Dari Uqbah bin Amir ~rodhiyallohu ‘anhu~, Nabi ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~ bersabda : “Apabila kamu melihat Alloh Ta’aala memberikan kepada seorang hamba apa yang ia sukai sedangkan ia dalam bermaksiat maka pemberian-Nya itu termasuk istidraj/hukuman dari-Nya.

Kemudian Nabi ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~ membaca firman Alloh Ta’aala :

“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang zholim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Alloh robb alam semesta” [QS. Al An’aam ayat 44-45]

Syaikh Al Albani ~rohimahulloh~ menilai shohih hadits riwayat Thobroni ~rohimahulloh~ di atas dalam Shohihul Jaami’ no. 561 dengan lafazh :

إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِى الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ لَهُ مِنْهُ اسْتِدْرَاجٌ

“Apabila kamu melihat Alloh Ta’aala memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba apa yang ia sukai sedangkan ia dalam bermaksiat maka pemberian-Nya itu termasuk istidraj/hukuman dari-Nya.

[HR. Ahmad, Thobroni dalam al-Mujamul Kabir dan Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Uqbah bin Amir ~rodhiyallohu ‘anhu~]

Saudaraku seislam yang saya cintai, apa yang Rosululloh ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~ sabdakan dalam hadits-haditsnya itu memberikan berbagai pelajaran yang berharga dan bermanfaat untuk kehidupan kita. Di antaranya adalah :

Pertama, hadits yang mulia ini menunjukkan bahwa Alloh adalah Maha Pemberi Rizki kepada makhluk ciptaan-Nya, baik ia hamba yang ta’at atau yang durhaka semuanya telah ditetapkan rizkinya.

Kedua, hadits yang mulia ini menunjukkan bahwa apa yang diperbuat hamba terkadang bernilai ketaatan dan terkadang bernilai kemaksiatan.

Ketiga, hadits yang mulia ini menunjukkan tidak semua pemberian Alloh kepada hamba-Nya itu menunjukkan akan keridhoan-Nya kepada sang hamba tersebut. Sebaliknya, tidak semua kesempitan dan musibah yang Alloh berikan kepada hamba-Nya itu menunjukkan kebencian-Nya kepada sang hamba tersebut.

Keempat, hadits yang mulia ini memperingatkan kita semua agar tidak mudah terkecoh dengan tipu daya dunia atau terpesona dengan orang-orang yang bergelimang kemewahan sementara mereka itu bodoh dengan urusan agamanya atau mereka bergelimang kelalaian dan dosa. Ingatlah :

وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Alloh itu adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?

[QS. Al-Qoshohsh ayat 60]

Kelima, hadits yang mulia ini menjelaskan tentang hakikat istidroj yaitu hukuman yang Alloh berikan kepada hamba-Nya yang kafir atau  yang durhaka  dengan sesuatu yang disangka sang hamba sebagai kenikmatan, keberuntungan dan kebaikan padahal sebenarnya ia sedang digiring menuju adzab yang pedih dan tidak disangka-sangka datangnya.

Keenam, dalam hadits yang mulia ini Rosululloh ~shollallohu ‘alaihi wa sallam~ membacakan firman Alloh Ta’aala yang mengandung peringatan tentang bahaya istidroj.

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”

[QS. Al An’aam ayat 44]

Demikian dapat disampaikan.

Semoga catatan sederhana ini menjadi salah satu amal sholeh yang Alloh terima dan bermanfaat. Dan semoga Alloh menunjuki penulis dan pembacanya kepada ucapan dan amalan yang dicintai dan diridhoi-Nya. Aamiin.

Wa shollallohu wa sallama ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad

----------

Ditulis kembali di Cibaruis pada hari Selasa tanggal 28 Shofar 1435 H / 31 Desember 2013 M..saat hujan gerimis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar